Senin, 01 Mei 2017

Mahendra Ahirwar, Bocah Berkepala Miring 180 Derajat

Mahendra Ahirwar (13), remaja asal Madhya Pradesh, India, meninggal dunia setelah berjuang melawan penyakit miopati kongenital.
Mahendra mengalami kelemahan otot leher sehingga kepalanya tidak bisa tegak. Penyakit ini membuat kepala Mahendra miring 180 derajat dan terlihat seperti terbalik.
Kondisi penyakit Mahendra pernah ramai diperbincangkan sejak seorang ibu dua anak asal Liverpool, Inggris, menggalang dana untuk pengobatan Mahendra.
Delapan bulan lalu, Mahendra pun menjalani operasi untuk menegakkan lehernya. Operasi itu dipimpin oleh dr Rajagopalan Krishnan dari Rumah Sakit Apollo, India, yang sudah sangat berpengalaman menangani kasus-kasus ekstrem atau penyakit langka di India.
Operasi untuk meluruskan leher Mahendra berjalan lancar selama 10 jam. Kepala Mahendra mulai bisa tegak dan ia bisa melihat dunia dengan tidak terbalik. Mahendra bahkan sempat bergabung dengan anak-anak lainnya untuk belajar karena selama ini ia tak bisa pergi ke sekolah.
Sayangnya, kesempatan Mahendra untuk hidup tak berlangsung lama. Ia mengalami kematian yang sangat mendadak. Ibu Mahendra, Sumitra (36), menceritakan, sebelum meninggal dunia, Mahendra menjalani hari-hari seperti biasa pada Sabtu itu.
Setelah makan siang, Mahendra berbaring untuk menonton TV. Sumitra pun menyetel film kartun. Namun, tak lama kemudian, Mahendra batuk-batuk sebanyak dua kali.
 
“Dia meminta saya untuk menggosok dadanya. Kemudian, saat mencoba batuk yang ketiga kali, ia meninggal. Saya mulai menangis keras dan terus memanggil namanya,” kata Sumitra.
Sumitra berlari ke luar rumah untuk meminta pertolongan sambil terus menangis dan berteriak. Hingga akhirnya, tim dokter datang memeriksa dan sekitar pukul 15.00 Mahendra dinyatakan sudah tiada.
Dokter Rajagopalan pun mengaku sangat terkejut mendengar kabar meninggalnya Mahendra. Menurut Rajagopalan, meninggalnya Mahendra bukan akibat komplikasi operasi pada lehernya.
“Kematian Mahendra bukanlah komplikasi dari operasi atau intervensi lainnya. Jika itu terjadi, ia akan meninggal di meja operasi atau ICU, bukan delapan bulan kemudian (setelah operasi),” kata Rajagopalan.
Mahendra diduga mengalami masalah cardiopulmonary yang merupakan komplikasi paling umum dari penyakit miopati bawaan. Masalah pada jantung dan paru-paru itu memang sering kali tak menimbulkan gejala
Menurut Sumitra, Rajagopalan dan tim dokter lainnya telah membantu Mahendra memiliki kehidupan baru dalam melihat dunia meskipun hanya delapan bulan.
“Dia dengan Tuhan sekarang. Saya berharap dia mampu menemukan kedamaian. Selama ini, dia memiliki kehidupan yang menyakitkan. Di mana pun dia berada, saya berharap dia bebas dari rasa sakit,” ucap Sumitra. (Dian Maharani)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar